Kamis, 22 Desember 2011
Ridiculous: Angka-Angka Misteri Di Dunia
Ridiculous: Angka-Angka Misteri Di Dunia: Angka 13 Di seantero dunia terdapat bermacam-macam kepercayaan, mitos, dan legenda, yang tidak terhitung banyaknya. Bagi kaum rasionalis, ...
Jumat, 16 Desember 2011
Kursk, Perang Tank Terbesar dalam Sejarah
Dalam pandangan Soviet, pertempuran Kursk merupakan titik balik yang menentukan dalam perangnya melawan Jerman Nazi. Karena sejak pertempuran satu minggu di bulan Juli 1943 itu, inisiatif peperangan telah beralih seterusnya ke tangan Rusia. Pertempuran tank yang merupakan perang kavaleri modern terbesar dalam sejarah itu karena begitu banyak melibatkan tank dari kedua belah pihak juga mencatat mulai dipakainya tank baru Jerman jenis Panther dan Tiger. Mereka harus menghadapi ribuan tank T-34 dan KV-1 Soviet yang terkenal tangguh.
Medan perang di Kursk itu sendiri merupakan hasil ofensif musim dingin 1942-43 oleh Jerman, yang menyisakan wilayah tonjolan yang berpusat di kota Kursk, pusat persilangan kereta api penting, sekitar 800 km selatan Moskow. Kawasan yang menjorok ke wilayah yang dikuasai Jerman itu lebarnya 190 km dan dalamnya 120 km, memotong wilayah Army Group South pimpinan Marsekal Erich von Manstein dengan Army Group Center yang dipimpin Marsekal Gunther von Kluge.
Tank berat Soviet dari jenis NV-1. Meriam, kaliber 76 mm yang dibawanya tergolong ampuh. Sayang, tank ini kerap macet. |
Setelah hancurnya Tentara Keenam Jerman di Stalingrad Januari 1943, Soviet mulai melakukan ofensif balik meski masih terbatas. Sebaliknya Jerman juga mencari peluang untuk mealnacarkan ofensifnya kembali, sekaligus menghentikan ofensif Soviet. Jerman melihat Kursk sebagai sasaran yang tepat. Ofensifnya diberi nama Operasi Zitadelle (perbentengan kota. “Ofensif ini sangat menentukan artinya. Kemenangan atas Kursk akan menjadi sinyal bagi dunia!” demikian Adolf Hitler dalam perintah operasinya, April 1943. Hitler ingin membuktikan bahwa kavaleri Jerman dengan tank-tank barunya tetap perkasa seperti semula. Bahkan is merehabilitasi Kolonel Jenderal Heinz Guderian, ahli perang tank yang tadinya dia singkirkan setelah kekalahan Jerman di depan Moskow akhir 1941. Guderian diangkatnya sebagai inspektur jenderal seluruh pasukan berlapis baja.
Dalam rancangan operasi, dari utara Tentara Kesembilan Jenderal Walther Model akan menuju Kursk, sedangkan dari selatan Tentara Lapis Baja Keempat pimpinan Jenderal Hermann Hoth. Dengan jepitan yang akan menghancurkan tentara Soviet, Jerman mengharapkan dapat mengambil alih lagi inisiatif peperangan. Tentara Model diperkuat dengan 1.200 tank, termasuk Panther dan Tiger serta assault gun Ferdinand. Begitupula serangan dari selatan didukung 1.500 tank, terutama dari Korps Panser SS Ke-2, yang terdiri dari tiga divisi tank SS Totenkopf, SS Adolf Hitler, dan SS Das Reich.
Namun apa yang direncanakan Jerman itu tak lupus dari pemikiran Soviet, yang memperkirakan Jerman akan melakukan ofensif kavaleri besar-besaran, “…yang mungkin akan terdiri dari 13 hingga 15 divisi tank,” demikian ramalan Marsekal Georgi Zhukov. la cenderung untuk memperkuat pertahanan yang mampu menyerap serbuan Jerman, lalu melancarkan ofensif balasan pada front-front lain. Sedangkan Stalin lebih menyukai dilakukannya serangan pendadakan terlebih dulu. Tetapi karena pihak Soviet tidak siap untuk melancarkan ofensif terlebih dulu, maka saran Zhukov diterima. Segera garis pertahanan yang berlapis-lapis dibangun, termasuk membuat jebakan tank.
Datangkan Bantuan
Ternyata rencana ofensif Jerman tertunda-tunda karena Hitler mau memastikan bahwa produksi tank barunya berjalan lancar. Namun penundaan ini berarti memberi kesempatan bagi Rusia membangun pertahanannya, sehingga baik Manstein, Kluge, maupun Model mulai cemas, ditambah lagi Guderian selaku Irjen Pasukan Lapis Baja menyatakan tank Panther masih mengalami masalah teknis dan dia tidak berhasrat untuk mengirimkannya kefront timur. Seraya menunggu datangnya perintah menyerang, Model memutuskan untuk meniru apa yang dilakukan Montgomery di El Alamein, yaitu infanteri rang didukung tembakan artileri akan membuka celah-celah yang dapat diterobos kavalerinya. Sedangkan Manstein yang dibantu Hoth dan Kempf punya taktik lain, Yakni memusatkan pasukan lapis bajanya pada celah sempit sehingga cepat merangsek dengan daya tembak tinggi.
Pertempuran Hebat
Kavaleri Jerman dari Korps Panser SS yang dipimpin jenderal Paul Hausser merasa segera akan berhasil menerobos pertahanan Soviet di Prokhorovka. Pertempuran tank berlangsung sengit. Nikita Kruschev yang di kemudian hari di front tersebut menyatakan, “…dua hari ke depan akan dahsyat, entah kami yang mampu bertahan ataukah Jerman yang merebut Kursk”. Sementara itu 850 tank Rotmistrov yang sebagian besar tipe T-34 yang baru tiba setelah berjalan 200 mil, langsung terjun ke medan tempur menghadapi pasukan tank SS. Hausser mengerahkan seluruh kekuatan tanknya, termasuk sekitar 100 Tiger. Tetapi jumlahnya masih kalah banyak dibandingkan tank Rusia.
Ketika jarak tembak semakin dekat, mulailah kedua pihak saling menembak dengan dahsyat. Ribuan tank bertempur dalam jarak dekat, saling tembak atau saling tabrak. Terkadang sulit mengenali mana kawan mana lawan. Tembakan jarak dekat acap mengenai tank kawan sendiri. Karena siapa duluan menembak, dia ada peluang untuk selamat. Banyak tank yang sampai kehabisan peluru. Pertempuran ini begitu ganas dan kejam. Para awak tank yang selamat langsung disapu dengan sanapan mesin. Asap hitam dan kobaran api dari tank-tank yang binasa tampak di mana-mana.
Kerugian kedua pihak amat besar. Hausser kehilangan 350 hingga 400 tank, termasuk lebih dari dua pertiga tank Tigernya. Sedangkan sisanya dalam kondisi buruk, sulit untuk melakukan serangan lagi. Tank terpisah-pisah dari kesatuan masing-masing dan menjadi tidak terorganisasikan lagi. Hausser melapor kepada Manstein bahwa serangan lebih jauh sudah tak terjangkau oleh Korps Panser SS. Di pihak Soviet, sekitar 350 tanknya juga hancur, Sedangkan jumlah tank yang masih mampu bertempur, lebih banyak daripada yang dimiliki Jerman. Tetapi pasukan tank Rotmistrov pun juga porak poranda formasinya. Sehingga tugasnya untuk melakukan penetrasi lebih jauh terhadap posisi Jerman pun tidak tercapai.
Pertempuran tank yang melibatkan sekitar 1.200 tank itu secara taktis tak ada yang menang dan tak ada yang kalah. Keduanya babak belur. Sedangkan dari segi strategis, Operasi Zitadelle Jerman telah gagal. Hitler pun mengakui dengan memerintahkan penghentian operasi pada 13 Juli. Sebagaimana ditegaskan oleh Hitler dalam perintah operasinya bahwa kemenangan di Kursk akan memberi sinyal pada dunia, sinyal itu pun memang telah diberikan.
Hanya saja yang memberikan bukanlah Jerman, melainkan Soviet. Inisiatif strategis peperangan di Ostfront, kini beralih dipegang oleh Soviet. Pelan tetapi dengan kecepatan yang kian bertambah, kontra-ofensif pihak Soviet segera terasa. Dalam tempo enam minggu Tentara Merah maju 160 km, sementara Jerman, baik di utara maupun selatan tonjolan Kursk semakin terdesak mundur. Kehebatan seorang Manstein pun akhirnya tak berdaya melawan tekanan Soviet, paling jauh hanyalah menunda-nunda kekalahan Jerman di Front Timur.
Kamis, 08 Desember 2011
Pertempuran Trafalgar
Pengangkatan Napoleon Bonaparte sebagai Kaisar Perancis pada tahun 1804 telah membuka babakan baru pada sejarah Eropa. Ambisinya adalah menguasai seluruh jazirah Eropa. Untuk itulah, Napoleon kemudian mem-bangun kekuatan militeraya secara menakjubkan dan menjalin persekutuan dengan negara-negara yang tidak memusuhinya. Di daratan, dapat dikatakan Napoleon berhasil memperoleh keunggulan. Pasukan Perancis berhasil melibas sebagian besar lawan-lawannya, seperti Austria, Prusia dan Belanda. Namun, am-bisi Napoleon menjadi seorang "Kaisar Eropa" yang sesung-guhnya, terganjal oleh musuh utamanya, yaitu Kerajaan Inggris.
Napoleon Bonaparte |
Sebelum menyatakan perang dengan negeri yang secara geografis dipisahkan oleh Selat Channel dan Benua Eropa tersebut, Perancis menjalin perdamaian melalui Perjanjian Amiens pada tahun 1802. Perdamaian yang hanya "seumur jagung", karena tahun 1803 Napoleon kembali memaklumkan perang dengan Inggris. Bahkan untuk mencapai kemenangan yang menentukan. Napoleon berencana untuk mendaratkan pasukannya ke daratan Inggris. Disinilah, Napoleon harus menghadapi sebuah kenyataan, bahwa untuk mewujudkan rencananya tersebut, terlebih dahulu harus mencapai keunggulan mutlak di laut. Masalahnya, untuk Angkatan Laut Perancis harus berhadapan langsung dengan AL Inggris yang terkenal tangguh. Semboyan British Rule The Waves, bukanlah omong-kosong belaka, namun sebuah realita. Kedigjayaan AL Inggris terpantul pada luasnya British Empire yang mencakup hampir semua bangsa di dunia. Menaklukkan AL Inggris, menjadi obsesi terbesar Perancis, untuk bisa menguasai Eropa.
Napoleon memimpin pasukan |
Aliansi Angkatan Laut Dan Strategi Pengalihan
Kekhawatiran Napoleon ter-hadap dominasi AL Inggris, ter-utama di perairan sekitar Selat Channel, sangat wajar, karena itulah satu-satunya penghalang terbesar dan terberat jika hendak mendaratkan bala-tentara Pe-rancis ke tanah Inggris. Selain itu, AL Inggris juga telah melakukan blokade laut terhadap armada Perancis dan sekutu-sekutunya. Kondisi ini menyulitkan Perancis untuk berhubungan dengan dunia luar melalui laut. Padahal Napoleon berharap Perancis dapat menghimpun dan mengkonsoli-dasi kekuatannya secara maksi-mal untuk memenangkan perang dari koloni-koloninya. Namun jika mempertimbangkan harus berduel dengan AL Inggris, Napoleon harus berpikir dua kali.
British Rules the Waves |
Sebagai langkah awal menghimpun kekuatan AL yang besar dan kuat. Napoleon kemudian beraliansi dengan beberapa negara yang memiliki masalah dengan Inggris, seperti Spanyol dan Belanda. Perancis sebenarnya memiliki kekuatan AL yang memadai. Di Brest terkumpul 22 ka-pal perang, di Toulon ada 12 ka-pal, dan di Rochefort dan Ferrol berkumpul skuadron kapal yang berukuran lebih kecil. Selain itu, Perancis juga diperkuat oleh 32 kapal perang dari L’Armada Ke-rajaan Spanyol. Sepintas tampak ada ketidak-imbangan antara ke-kuatan AL Inggris dengan gabung-an AL Perancis-Spanyol.
Namun, sebagai "penguasa samudera sejati" sudah tentu Inggris pun telah menerapkan strategi dan taktik yang tepat untuk menghantam setiap kapal penyerbu yang coba-coba masuk ke perairan mereka, termasuk mengkonsolidasi kekuatan dari koloni-koloni dan sekutunya. Satu armada di bawah komando Ad-miral Cornwallis bertugas mencegat setiap gerakan penyerbuan melalui Selat Channel dan mem-blokade Brest. Sementara itu, ar-mada pimpinan Admiral Lord Horatio Nelson memblokade Toulon dan Laut Tengah. Khusus bagi Nelson, mendapat tugas tam-bahan yaitu menaklukkan Pe-rancis di laut. Guna mengalihkan sekaligus mengacaukan konsen-trasi AL Inggris, Napoleon me-nerapkan taktik dan strategi kamuflase atau manuver pe-nyesatan. Tujuannya, menjauh-kan perkuatan AL Inggris dari Selat Channel dan mengacaukan manuvernya untuk terlambat ber-konsolidasi, agar tidak menjadi ancaman terhadap pendaratan Perancis di Inggris.
Admiral Horatio G Nelson |
Reaksi Cepat Nelson
Tanggal 18 April 1805, Admiral Nelson menerima laporan yang mengejutkan, bahwa 10 hari sebelumnya kapal-kapal perang Perancis telah nampak di Tanjung de Gata, dan itu berarti armada musuh tidak bergerak ke arah timur melainkan ke Atlantik. la juga mengetahui bahwa, armada Perancis tersebut di pimpin oleh Vice Admiral Pierre de Ville-neuve. Nelson segera bereaksi memerintahkan armadanya ber-gerak menghadang armada Perancis. Namun Nelson ter-lambat, musuh telah memasuki perairan selatan Spanyol. Guna mencegat Villeneuve agar tidak memasuki Selat Channel, Nelson memerintahkan Admiral Cornwallis (Panglima Skuadron Blokade di Brest) untuk meng-hadangnya. Satu eskader yang terdiri atas 15 ship of the line pim-pinan Vice Admiral Sir Robert Calder segera melesat meng-hadang. Tanpa disadari, pihak Inggris telah masuk perangkap Napoleon, Brest dan Rochefort tidak terlindungi, Sang Kaisar segera memerintahkan Admiral Ganteaume (Komandan Eskader Brest) untuk secepatnya bertolak ke Selat. Sayangnya, rencana Napoleon jadi berantakan, karena sikap terlalu berhati-hati admiral tua tersebut yang enggan meng-gerakkan armadanya.
Armada Villeneuve yang terdiri atas 20 ship of the line dan 7 fregat dengan segera terlibat pertempuran laut yang sengit dengan armada Calder di sebelah barat Teluk Finisterre pada tanggal 22 Juli. Calder berhasil mengatasi perlawanan Villeneuve, yang me-larikan diri dengan sisa armada-nya ke Ferrol. Sebagian besar kapal Perancis dalam keadaan rusak berat, dan parahnya, moril pasukan Perancis melorot drastis akibat sakit, kurang makan dan minum. Sementara itu, selusin kapal Perancis dari Armada Admiral Gourdon (Komandan Eskader Ferrol) tak lebih sekadar "barak terapung". Kondisi inilah, yang menyebabkan Villeneuve frustasi dan meyakini strategi Napoleon telah berantakan. Napoleon yang tidak dapat menerima kegagalan Villeneuve justru memerintahkannya untuk segera bergerak ke Selat Channel.
Di Cadiz, Admiral Villeneuve yang tengah mengkonsolidasi armadanya dengan kapal-kapal Spanyol, mendapat tekanan politik yang hebat dari para perwira di Paris, termasuk Napoleon.
Padahal saat itu, Villeneuve tengah menghadapi kendala serius di lingkungan komandonya, seperti awak kapal yang belum berpengalaman, logistik yang kurang, wabah penyakit, kondisi kapal yang diperbaiki ala kadarnya hingga sikap para komandan kapal Spanyol yang tampak setengah hati membantu Perancis. Memang, tak dapat dipungkiri, Spanyol tidak bermaksud se-penuhnya mendukung Imperium Perancis, melainkan sebatas "hanya membantu" mengalahkan Inggris di Laut Tengah dan Atlantik. Tanggal 18 Oktober, pe-rintah menyerang armada Inggris di Channel kembali dikeluarkan oleh Napoleon, tanpa peduli ke-sulitan Villeneuve. Sementara itu, di pihak Inggris, justru sebaliknya. Admiral Nelson berhasil menggabungkan armadanya dengan Divisi Vice Admiral Cuthbert Collingwood, dan didukung prajurit yang handal, berpengalaman dan disiplin. Armada Inggris yang tengah haus musuh tersebut telah menghadang dan siap melakukan pengejaran di mulut bagian barat Selat Gibraltar.
Pasukan Prancis |
Pada tanggal 21 Oktober, di perairan Trafalgar, manuver Villeneuve terpantau jelas oleh Nelson yang kemudian segera me-merintahkan penghadangan. Armada Inggris berkekuatan 27 kapal, yang dipimpin langsung oleh Admiral Nelson yang ber-kedudukan di kapal benderanya HMS Victory (100 meriam), dan komandan keduanya Collingwood berada di HMS Royal Sovereign (100 meriam). Melihat situasi yang tidak menguntungkan ter-sebut, Villeneuve mengambil ini-siatif berbalik arah kembali ke Cadiz dan bermaksud berlindung disana. Nelson yang tidak ingin "mangsanya" lolos, segera meme-rintahkan pengejaran.
"England expects that every man will do his duty!"
Taktik yang digelar Nelson ter-bilang revolusioner untuk ukuran awal abad ke-19, yaitu dengan memotong jalur lintasan musuh menjadi 3 bagian, mematahkan garis pertahanan musuh dan kemudian kedua kolom serempak melepaskan tembakan untuk men-ciptakan suatu kekacauan umum. Taktik yang cukup berbahaya, ka-rena menempatkan kapal pertama sebagai ujung tombak menjadi bulan-bulanan tembakan musuh, sebelum kapal lain membantunya. Nelson memang menolak taktik perang tradisional masa itu, yaitu membentuk garis di depan dimana dua kekuatan saling berhadapan dan melepaskan tembakan berun-tun. Taktik Nelson inilah yang ke-mudian hari dikenang sebagai "Sentuhan Nelson (The Nelson’s Touch)".
Keadaan lain yang menguntungkan pihak Inggris, adalah kekacauan di garis pertahanan Perancis-Spanyol. Instruksi Villeneuve untuk berbalik arah telah mengacaukan formasi garis pertahanan, karena kapal-kapal saling bermanuver dan sibuk membentuk kelompok-kelompok, padahal musuh hanya tinggal berjarak 5 mil. Kekacauan tersebut, menyebabkan para perwira Spanyol dikemudian hari, me-nyebut armada gabungan ini se-bagai "Armada Terkutuk". Situasi inilah yang berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Nelson untuk memotong garis pertahanan musuh dan mendapatkan posisi se-rang yang lebih baik. Pertempuran Laut Trafalgar berkobar dengan sengitnya pada tanggal 21 Oktober 1805. Kapal-kapal saling melepaskan tembakan dan jika posisi berdekatan pasukan dari kedua pihak dapat saling berlompatan ke kapal musuh.
Berakhirnya Ambisi Napoleon
Taktik radikal Nelson yang dikenang sebagai "Nelson’s Touch" telah mengubah AL Inggris, yang di atas kertas kalah jumlah, menjadi pemenang mutlak tanpa ada satupun kapalnya yang tenggelam. Namun kemenangan gemilang Inggris tersebut harus ditebus dengan harga mahal, yaitu gugurnya Admiral Sir Horatio Nelson. Panglima jenius AL Kerajaan Inggris gugur setelah ter-tembus peluru dari penembak jitu Perancis asal Tyrol yang banyak berada di kapal Redoubtable, ke-tika tengah berdiri sambil mem-beri semangat pasukannya di quarter-deck. Nelson tertembak pada jarak 15 meter dari Redoubtable pukul 13.15 dan meninggal 3 jam kemudian. Sebagai pengganti Nelson, adalah perwira keduanya Admiral Hardy. Armada gabungan Perancis-Spanyol kehilangan 18 kapal dari 33 kapal dengan korban tewas 5.860 orang dan 20.000 terluka. Sementara itu, Panglima AL Perancis Admiral Pierre-Charles de Villeneuve dan kapal bendera-nya Bucentaure tertangkap Inggris. Korban di pihak Inggris mencapai 1.690 orang gugur. Kapal-kapal dari armada gabungan Perancis-Spanyol yang tersisa berhasil meloloskan diri ke Cadiz.
Trafalgar telah menjadi contoh mengenai keunggulan Inggris di bidang persenjataan, taktik perang laut dan industri maritim. Kapal-kapal Inggris memiliki kemampuan manuver lebih baik dibandingkan kapal Perancis-Spanyol dan dipersenjatai dengan meriam yang berdaya-jangkau lebih jauh.
Namun meskipun demikian, kekalahan Perancis-Spanyol dalam Pertempuran Laut Trafalgar 1805 sesungguhnya lebih disebabkan oleh kekeliruan mereka sendiri, dibandingkan keunggulan lawan. Trafalgar menjadi saksi sejarah yang kian meneguhkan dominasi Inggris di lautan dan memupuskan ambisi Napoleon untuk menaklukkan Inggris.
Sejak itu. Napoleon lebih memfokuskan perhatiannya pada penaklukan secara kontinental.
Itulah perintah Nelson kepada seluruh anak buahnya yang menyambutnya dengan sorakan kegirangan, seolah tidak gentar sedikitpun menyongsong musuh yang lebih besar. Dalam menekan musuh-musuhnya. Nelson membagi kekuatannya menjadi 2 kolom. Kolom pertama dipimpin langsung olehnya dengan Victory berada di posisi ujung tombak, dan kolom kedua dipimpin Collingwood dengan ujung tombak Royal Sovereign.
Rabu, 07 Desember 2011
Aceh, Ladang Pembantaian Marsose Belanda
Jauh setelah perang usai, para serdadu satuan tempur khusus Marsose mengenang Aceh sebagai sebuah paradoks; ladang pembantaian musuh sekaligus kuburan yang mereka gali untuk mereka sendiri.
Menjelang tengah malam, Kamis 10 September 1926, Teungku Peukan memanggil tiga panglima perang andalannya; Said Umar, Nyak Walad dan Waki Ali. Ketiganya diminta segera mengumpulkan pasukan di Meunasah Ayah Gadeng Manggeng. Sebuah rencana sudah disiapkan. Mereka akan berperang, menyerbu kompi Marsose di Kota Blangpidie.
Tapi, di meunasah itu, Teungku Peukan tidak menjabarkan strategi serangan frontal yang sudah disiapkan sejak sepekan terakhir. Dia meminta para pejuang mengikuti ritual wirid dan zikir. Hajatan malam itu selesai. Di ujung pertemuan, Teungku Peukan mengobarkan semangat jihad kepada para pengikutnya, agar tidak gentar melawan serdadu Marsose.
Pertemuan tidak selesai di situ. Teungku Peukan kemudian meminta para pejuang, yang jumlahnya hampir 200 orang, berjalan kaki hingga 20 kilometer menuju Balee Teungku di Lhoong Dayah Geulumpang Payong. Mereka tiba di balee itu pada Jumat dini hari. Di sana, pasukan mengkuti briefing. Pimpinan pasukan menjabarkan rencana serangan.
Waktu itu semua pejuang Aceh diwajibkan memakai pakaian serba hitam dan melilitkan kain kuning di pinggang. Para pejuang diwajibkan menyingsingkan celana sejengkal di atas mata kaki untuk menciptakan kesan sigap dan tidak sombong. Pimpinan pasukan juga berpakaian sama, tapi dilengkapi selempang kuning yang menyilang di bahu hingga pinggang.
Usai shalat subuh, pekik takbir membahana. Dalam sisa-sisa gelap sebelum fajar muncul di langit timur pada pagi hari yang disucikan itu, semua pejuang tiba di Blangpidie dengan klewang dan rencong terhunus. Mereka menyerang tangsi dari tiga sektor. Sektor pertama, yang dipimpin Said Umar, menyerang dari depan. Dua lainnya, dipimpin Wakil Ali dan Nyak Walad, menyerang tangsi Marsose dari kiri dan kanan.
Serangan fajar itu dilakukan dengan sporadis. Serdadu di menara pengintai ditikam dari belakang. Ratusan lainnya, yang sedang tertidur pulas di barak, diserang tiba-tiba. Serdadu Marsose yang dikenal dengan sebutan “Belanda Hitam” (pribumi yang direkrut untuk menjadi tentara bayaran di kemiliteran Belanda ), kocar-kacir. Tangsi berantakan. Senjata api dirampas. Sedikitnya 70 Marsose tewas. Sebagian lainnya terluka dan melarikan diri. Hanya tiga orang yang selamat hidup-hidup dan kemudian ditawan.
Di kubu pejuang Aceh, lima orang tewas.
Menyambut kemenangan perang ini, Teungku Peukan maju ke depan dan mengumandangkan azan. Ini sudah biasa dilakukannya di medan pertempuran. Tapi sayang, harga kemenangan ini sungguh mahal. Teungku Peukan gugur. Ketika azan belum selesai, seorang serdadu Marsose yang bersembunyi di sebuah bilik di Tangsi menembaknya. Teungku Peukan rubuh bersimbah darah. Sebutir peluru karaben menembus dadanya.
Teungku Muhammad Kasim, putra Teungku Peukan, sangat marah ketika mendapati ayahnya sudah tak bernyawa. Ia mengamuk. Pecahan kaca di tangsi digenggamnya kuat-kuat, hingga darah mengucur di lengan kanannya. Ia berlari mengejar serdadu Marsose itu, ingin menikamnya. Tapi, ia kalah cepat, seorang serdadu lain lebih dulu menembak. Teungku Muhammad Kasim rubuh. Ia gugur, menyusul ayahnya.
Di siang yang hening, Jumat 11 September 1926, Teungku Peukan dimakamkan tidak jauh dari lokasi ia tertembak, di sekitar Mesjid Jamik Blangpidie.
Dalam berbagai literatur sejarah, “Serangan Fajar 11 September 1926” dikenal sebagai salah satu pertempuran paling ganas sepanjang sejarah Marsose di Aceh.
Di masa-masa itu, Bakongan Aceh Selatan juga menjadi salah satu tempat paling menakutkan bagi Marsose. Banyak anggota pasukan khusus yang ditugaskan ke daerah ini “pulang tinggal nama”. Kisah yang paling menakutkan bagi Marsose adalah hampir setiap pekan “Kapal Putih” milik angkatan perang Belanda mengangkut puluhan mayat rekan-rekan mereka dari Bakongan menuju Kutaraja (Banda Aceh).
Gejolak perlawanan pejuang Aceh yang paling sulit ditaklukkan di Bakongan yakni jihad yang dikomandoi Teungku Raja Angkasah. Dalam upaya perburuan Angkasah dan pengikutnya, kesatuan Marsose kehilangan banyak anggotanya.
Teungku Raja Angkasah mulai memimpin perlawanan pada awal tahun 1925. Pasukan yang dipimpinnya berhasil memerangi Marsose. Hampir setiap hari ada satu atau dua serdadu Marsose terbunuh. Kondisi ini membuat militer Belanda gusar, hingga akhirnya memutuskan untuk mendirikan satu markas Marsose di Bakongan. Sebelumnya, markas pasukan khusus itu hanya ada lima di seluruh Aceh, masing-masing Indrapuri (Aceh Besar), Jeuram (Aceh Barat), Tangse (Pidie), Peureulak (Aceh Timur) dan Takengon (Aceh Tengah).
Tapi sayang, perlawanan Teungku Raja Angkasah akhirnya terhenti. Ia gugur tertembak pada pertengahan 1928, di tangan seorang perwira Belanda bernama Kapten Paris.
Sumber: http://seputaraceh.com
Sejarah Penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (1453 M)
Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Yang mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.
Konstantinopel memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis (perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).
Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma, Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut" melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu Bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu Bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel.
Hari Jumat, 6 April 1453 M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu- Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang. Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari Genoa.
Constantine XI
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.
Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri).
70 kapal di tarik melewati bukit di daerah Galata untuk masuk ke Teluk Golden Horn yang di hadang rantai.
Rantai yang menghalangi kapal masuk ke Teluk Golden Horn. (koleksi Museum Hagia Sophia)
Rantai yang melindungi pintu masuk ke Teluk Golden Horn
Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Ottoman Siege : Pasukan Turki Utsmani yang sangat canggih di zamannya dengan teknologi Meriam Terbesar di zamannya
The Great Turkish Bombard
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.
Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Hagia Sophia
Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah gratis, siapapun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, membangun rumah sakit, bahkan rumah diberikan gratis bagi pendatang di kota itu dan mencari nafkah di sana. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Dan kini Hagia Sophia sudah berubah menjadi museum.
sumber: http://www.indonesiaindonesia.com
7 Pasukan Elit di Perang Dunia II
Berikut ini adalah pasukan-pasukan elit yang sangat berpengaruh dalam jalannya Perang Dunia II. Pasukan elit ini menjalankan misi-misi khusus yang tidak dapat dilakukan pasukan lain. Seperti misalnya misi sabotase, penculikan dan pembunuhan atau infiltrasi.
1.Waffen-SS
Dibentuk: 1925
Aktif: 1939 - 1945
Tipe: Organisasi Militer
Asal: Jerman
Pemimpin: Reichsfuhrer Heinrich Himmler
Tidak ada kesatuan elit yang lebih populer dalam Perang Dunia II daripada Waffen-SS. Waffen-SS(Waffen-Schutzstaffel = Schutzstaffel Bersenjata) adalah mesin perang Nazi Jerman yang paling menakutkan. "Hitler's Elite" yang ditakuti bukan hanya karena memiliki kemampuan tempur yang sangat tinggi. Melainkan juga karena kekejaman mereka dan loyalitas yang tanpa batas dan sangat fanatik kepada ideologi Nazi dan sang Fuhrer Adolf Hitler. Banyak catatan-catatan kejahatan perang yang melibatkan kesatuan Waffen-SS selama Perang Dunia II.
2. Fallschirmjager
Dibentuk: Juli 1938
Tipe: Pasukan Khusus Penerjun Payung
Asal: Jerman
Pemimpin:
# Jendral Kurt Student (9 Sept 1938 - 16 Mei 1940)
# Jendral Richard Putzier (16 Mei 1940 - 21 Jan 1941)
# Jendral Wilhelm Sussmann (21 Jan 1941 - 20 Mei 1941)
# Jendral Alferd Sturm (20 Mei 1941 - 1 Juni 1941)
# Jendral Erich Petersen (1 Juni 1941 - 1 Agust 1942)
# Jendral richard Heidrich (1 Agust 1942 - 18 Nov 1944)
# Jendral Karl - Lothar Schulz ( 18 Nov 1944 - )
Fallschirmjager adalah pasukan payung Jerman yang pertama kali dalam sejarah melakukan pendaratan pasukan dengan parasut dari udara dalam skala besar-besaran. Penerjunan pasukan pertempuran sebenarnya bukan hal baru. Tetapi Fallschirmjager-lah yang mempelopori operasi penerjunan besar-besaran seperti yang dilakukan oleh Jendral Kurt Student untuk merebut Pulau Kreta di Laut Tengah dari tangan Inggris.
3. Brandenburg
Dibentuk: 1939
Tipe: Pasukan Khusus/Komando
Asal: Jerman
Pemimpin: Theodor Von Hippel
Brandenburg adalah satuan komando Jerman yang dibentuk selama Perang Dunia II. Cikal bakal kesatuan ini telah ada sejak Perang Dunia I. Berbeda dengan Waffen-SS, Brandenburg tidak memiliki kaitan apapun dengan partai Nazi. Mereka berada langsung dibawah komando Abwehr (Badan Intelijen Angkatan Bersenjata Jerman) dan merupakan satuan komando yang menjalankan misi-misi khusus.
Para anggota Brandenburg (Brandenburger) telah beraksi disemua front dalam Perang Dunia II: dalam Blitzkrieg (Perang Kilat) di Polandia, perang di Perancis, Operasi Barbarossa di Rusia, Finlandia, Yunani, Gibraltar (Spanyol), invasi pasukan payung di Pulau Kreta (Operasi Mercury), Semenanjung Balkan, dan bahkan beberapa unit juga dikirim dengan misi penyusupan di India, Timur Tengah, Afghanistan, dan Afrika Selatan. Dalam masa-masa awal perang, Brandenburg mampu menunjukan prestasi yang sangat mengesankan dalam menguasai dan menduduki tempat-tempat vital, seperti jembatan, bunker, jalur kereta api, atau benteng pertahanan sebelum pasukan utama bergerak maju. Unit-unit Brandenburg juga terdiri dari orang-orang yang mahir berbahasa asing untuk melakukan misi penyusupan dan penyamaran.
Selesai perang, para veteran Brandenburg banyak yang tidak kembali kepada kehidupan sipil yang damai dan memilih tetap bertugas di kemiliteran. Sebagian besar dari mereka bergabung bersama Legiun Asing Perancis, atau sebagai penasehat militer diberbagai negara. Termasuk diantaranya adalah penasehat militer Presiden Indonesia pertama SOEKARNO.
4. Special Air Service
Dibentuk: 22 Juli 1941
Tipe: Pasukan Khusus / Komando
Asal: Inggris
Pemimpin: (Selama Perang Dunia II)
# David Stirling
# William Stirling
# Robert Blair "Paddy" Mayne
Special Air Service (SAS) adalah kesatuan pasukan khusus Inggris yang utama. SAS hampir selalu ambil bagian dalam setiap konflik internasional yang melibatkan Inggris selama dan sesudah Perang Dunia II, termasuk dalam konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1963, perang Malvinas di Argentina dan perang Teluk I dan II.
Pada masa sekarang, SAS menjadi model acuan utama bagi pembentukan kesatuan pasukan khusus diberbagai negara, termasuk Indonesia yang memiliki Korps Baret Merah Kopassus dan unit pasukan khusus Amerika 'Delta Force'. SAS pada mulanya dibentuk untuk melumpuhkan kekuatan pasukan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II, pada saat sekarang banyak berperan sebagai kesatuan anti teror.
5. Long Range Desert Group
Dibentuk: 3 Juli 1940
Tipe: Pasukan Khusus / Patroli Padang Pasir
Asal: Inggris
Pemimpin:
# Mayor Ralph A. Bagnold
# Guy Lennox Prendergast
# John Richard "Jake" Easonsmith
# David L. Lyold Owen
Long Range Desert Group (LRDG) atau sering disebut sebagai Desert Patrol mempunyai misi utama pengintaian digurun pasir, pengumpulan data-data intelijen, dan navigasi serta penunjuk jalan dan jasa transportasi dipadang pasir. LRDG juga sering menjalankan misi-misi tempur dengan melancarkan serangan tiba-tiba (rapid) dalam skala yang cukup besar terhadap posisi tertentu, dan penyergapan (ambush) terhadap konvoi pasukan musuh. Spesialisasi utama LRDG adalah pengintaian dengan kendaraan bermotor (mechanized reconnaissance) dan navigasi gurun. LRDG menjalankan misi dengan kendaraan seperti truk Chevrolet dan Ford buatan Amerika yang dipersenjatai.
Berkat peran yang dimainkan oleh LRDG ini, pasukan Sekutu di Afrika Utara dapat mengalahkan sang jenius pemberani Marsekal Erwin Rommel dari Afrika Korps Jerman. Erwin Rommel sendiri mengakui bahwa pasukan yang paling ditakutinya digurun Afrika Utara adalah LRDG Inggris.
6. Decima Flottiglia Mas
Dibentuk: 1935
Aktif: 24 Feb 1940 - 26 April 1945
Tipe: Pasukan Khusus / Komando Pasukan Katak Angkatan Laut
Asal: Italia
Pemimpin:
# CF Paolo Aloisi
# CF Mario Giorgini
# Vittorio Moccagata
# Junio Valerio borghese
Jika tentara Italia dalam Perang Dunia II dianggap tidak kompeten dan kurang disegani, maka Decima Flottiglia Mezzi d'Assalto adalah sebuah pengecualian. Decima Flottiglia MAS merupakan unit pasukan khusus yang terdiri dari manusia-manusia katak Italia dibawah komando Regia Marina (Angkatan Laut Italia) yang dibentuk oleh rezim Fasis Italia. Akronim MAS (Mezzi d'Assalto = kapal tempur) menunjuk pada kapal pembawa torpedo-torpedo boat).
Reputasi Decima Flottiglia MAS sebagai pemangsa kapal-kapal sekutu yang sedang berlabuh, baik kapal perang maupun kapal-kapal dagang sipil telah sangat terkenal. Manusia-manusia katak ini dikenal sangat mematikan dengan metode penyerangan dan sabotase yang sangat cerdik. Pengerahan pasukan bawah air ini adalah salah satu seni perang terbaru yang dipelopori Italia.
7. US Ranger
Dibentuk: Juni 1942
Tipe: Pasukan Elite Infanteri Ringan
Asal: Amerika Serikat
Pemimpin: (Selama Perang Dunia II)
# Letkol William Orlando Darby
U.S Ranger (Army Rangers) adalah unit pasukan elit infanteri ringan Amerika Serikat yang mulai dibentuk pada pertengahan 1942. Pasukan ini terutama bertugas melakukan pengintaian dengan bergerak dari suatu tempat ketempat lain (Ranging) untuk mengidentifikasi ancaman dan memperingatkan induk pasukan. Ranger dibentuk sebagai unit gerak cepat dengan melaksanakan misi-misi pengintaian dan spionase.
sumber: http://warofweekly.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)